Sumber Foto : Pixabay |
Polosnya Anak-anak
Sejatinya anak itu polos pada awalnya, itu pasti kan? Layaknya selembar kertas putih besih tanpa noda. Lingkungan yang kemudian membuat ia menjadi seperti apa, termasuk orangtuanya. Tentang kebohongan, pasti orang tua mengajarkan pada anak bahwa berbohong itu dosa. Masalahnya adalah kadang-kadang tanpa sadar orang tua sendiri (bisa sengaja atau tidak sengaja) yang mengajari anak berbohong. Kok bisa? Contohnya?
Misalnya begini: Ketika bertamu, dengan alasan basa basi dan jaga diri (malu) kita menolak ketika ditawari tuan rumah untuk makan. Kita menolak dengan jawaban “Makasih, sudah makan, kok” Padahal waktu itu kenyataannya belum makan. Anak lalu berpikir, bahwa berbohong itu ternyata
boleh, buktinya bunda bilang sudah makan, padahal kan belum, hehe.
boleh, buktinya bunda bilang sudah makan, padahal kan belum, hehe.
Anak adalah Pembelajar
Anak pasti akan belajar dari kejadian ini dan mulai bertanya kenapa kita mengatakan yang bukan sebenarnya. Pada dasarnya setiap anak akan percaya diri jika dia tidak melakukan kesalahan. Sebaliknya, jika ia berbuat salah, ia akan salah tingkah. Barangkali karena takut dimarahi, malu jika ketahuan, atau tidak ingin orang lain tahu
bahwa ia baru saja melakukan kesalahan.
bahwa ia baru saja melakukan kesalahan.
Nah, suatu saat kita akan menemui anak dengan gaya canggung dan garing, hehe kita tahu (paling
tidak curiga) pada saat itu anak kita sudah berbohong. Lalu sebaiknya gimana, sih sikap kita?
tidak curiga) pada saat itu anak kita sudah berbohong. Lalu sebaiknya gimana, sih sikap kita?
Sumber foto : Pixabay |
- Orang tua harusnya peka dengan tingkah tak biasa pada anak. Yang biasanya cuek, kalau tiba-tiba senyum-senyum sambil terkekeh, atau bahkan memperlihatkan wajah takut. Saat inilah anak pasti sedang menyembunyikan sesuatu. Biasanya mereka akan ceritakan apa yang terjadi, atau cuma menggeleng sambil menatap ragu pada kita. Hmmm ada yang disembunyikan rupanya, ya!
- Tanyakan baik-baik dan jangan dihakimi. Bertanya akan berbeda dengan menuduh ya, Bunda. “Adik sembunyiin apa, sih? Mama penasaran. Boleh tahu nggak?” seperti itu misalnya, bukan dengan: “Hayoo, kamu bohongin mama ya? Ayo ngaku. Kecil-kecil nggak boleh bohong, loh”. Reaksi anak pasti akan sangat berbeda dengan dua pertanyaan tadi.
Jika kita ingin anak belajar jujur, buatlah pertanyaan seperti yang pertama lalu tunggu apa jawabannya. - Ajarkan anak meminta maaf dan mudah memberi maaf. Jika memang yang ia lakukan adalah salah, jangan buru-buru marah. Hargailah bahwa ia sudah mengakui kesalahan. Bahkan itu sangat bagus, bahwa ia belajar jujur, mengatakan hal dengan sebenarnya. Katakan padanya bahwa ketika orang bersalah sebaiknya segera minta maaf dan berjajnji tidak mengulangi. Berilah kesempatan padanya untuk melakukannya tanpa rasa terpaksa.
Berilah pelukan hangat dan katakan bahwa ia sudah melakukan hal yang seharusnya. Good job, lah. - Biarkan ini jadi rahasia berdua, jangan mempermalukan anak. Ini penting supaya anak percaya pada kita, bahwa orang tuanya bisa diandalkan untuk menyimpan rahasia. Toh, ia sudah mengakui kesalahan dan sudah meminta maaf. Jangan sampai kepercayaan anak pada kita luntur atau hilang. Dari hal ini anak juga akan belajar tentang menepati janji, bahwa Bunda sepakat untuk menyimpan rahasia ini.
Baca juga : Liputan Peringatan BUlan Bahasa di SD PK
Anak akan lebih mudah belajar dari sesuatu yang ia lihat bukan sesuatu yang ia dengar. Jadi, memberi contoh adalah cara terbaik untuk menanamkan kejujuran pada anak. Apa yang kita lakukan akan menjadi cermin bagi anak tentang bagaimana bersikap dan bertingkah laku.
So, jika kita ingin anak kita santun, jujur, suka menolong, dan memiliki sifat-sifat baik lainya, kita harus memulai melakukannya terlebih dulu. Lalu anak akan mengikutinya. Buah tak akan jatuh jauh dari pohonnya, kan?
ya betul namun kalau jujurnya sih terkadang jadi emak emosinya suka duluan dibanding nalarnya
hehe iya mbak. Nah sekarang emak milenial harus nahan emosi dikit kalau kejujuran anak bikin dongkol… karena nilai positifnya adalah anak masih mau jujur sama orang tuanya
Ada di masa perkembangan anak. Anak suka melebih-lebihkan sesuatu hal jadi terkesan berbohong. Jadi memang perlu diperhatikan betul sih, apakah anak benar-benar berbohong atau sedang berimajinasi berlebihan.
Kita juga sebagai orang tua memang sebisa mungkin selalu mencontohkan kejujuran. Semoga kita selalu bisa menjadi orang tua yang mampu mendidik anak-anak ya Bun. Semangat ☺?
setuju banget. anak akan menyontoh semua yang orang tuanya lakukan. Makanya harus hati-hati banget ya bersikap di sepan anak.
Memang suka gemes sih ya tiba-tiba ketahuan anak bohong. Kadang masih suka peernya itu adalah masih suka keceplosan kalau pas nanya-nanya kenapa malah kepeleset jadi menghakimi anak, Huhu … *masihPRemaknya
hihi, saya kadang juga gitu mbak. sering malah *tutup muka pake bantal.
masih belajar juga ini jadi emak 🙂
Bener Sob terkadang orang tua sudah dari awal mengajarkan sesuatu yg kurang tepat misalnya berbohong hehe, jadi anaknya ngikut dan di anggap biasa,
Sebagai orang tua terkadang di perlukan bersikap biasa terhadap anak, mengganggap mereka teman agar anak nggak canggung untuk bercerita tentang permasalahan yg di hadapi,
stuju bro, menganggap teman. selain anak akan nyaman, kita pun akan mudah menyelami mereka. thanks ya
Setuju, mba. Anak berbohong jangan langsung dimarahi karena takut berpengaruh megatif terhadap psikisnya. Orang tua harus lebih bijak dan berhati-hati dalam mengatasi saat anak berbohong.
khawatirnya nanti malah ngak mau jujur lagi sama ortunya kan?
sering banget syok karena tau anak bohong. padahal selama ini gak pernah ngajarin buat gak jujur. semoga tipsnya bisa aku terapkan.
selamat mencoba ya mbak, salam sayang untuk anak-anak
akan lebih sulit lagi menghadapi anak yang sudah remaja berbohong hehehe tetapi aku selalu katakan pada mereka adanya hukum sebab akibat dalam hidup ini
iya… anak-anakku yang masuk masa remaja kaya berusaha cari celah supaya bohongnya bisa sukses, hehe tapi tiap perbuatan sepaket dengan risiko dan mereka harus siap tentang hal itu
Bener banget, menanamkan sifat baik juga harus ada teladannya termasuk berbohong, jadi kalau tidak ingin anak suka berbohong ibunya juga mencontohkan yang baik dan tidak pemarah ya mba
betul, karena awalnya anak kan kaya kertas putih. nah orang tuanya lah yang akan menorehkan sesuatu di atasnya
Memang kadang kita suka melarang, tapi kita sendiri yang kadang ga sengaja melakukan. Terima kasih untuk tipsnya..
hehe ada kalanya orang tua perlu bejar lagi, supaya kualitas generasi berikutnya lebih baik lagi
Jadi rahasia berdua. Itu juga yang saya lakukan Mba
ya itu akan menumbuhkan rasa percaya diri pada anak, bahwa salah itu biasa dan memperbaiki diri itu luar biasa
Hmm.. Bener2 jadi Ibu tuh harus pinter jaga emosi ya mbak.. Biasanya reaksi apontan ketika anak bohong itu… marah, menghakimi dan berbagai respon negatif lainnya..
Harus belajar lagi mengelola emosi nih, saya
hehe, nggak rugi kok belajar menghadapi kebohongan anak dengan bijak, selamat mencoba ya
bener banget nih mom tipsnya, paling susah memang menghadapi anak yang berbohong. tapi dengan tips ini semoga pembaca bisa semakin pintar menghadapi generasi selanjutnya.
iyes, karena tiap generasi selalu punya gaya tersendiri, yang penting estafet nilai kebaikan itu tidak pernah terlepasm sehingga sampai tujuh turunan pun nilai yang dipahami akan sama
Kalau aq tahu anak bohong, nggak lansung dimarahi, dibuktikan dulu, kemudian menekankan arti penting kejujuran
setuju, dan untuk jangka panjang ini akan lebih baik.
Jika anak langsung dimarahi biasanya seterusnya mereka akan lebih sulit terbuka ya.. Dan itu merugikan kita sebagai orang tua..
kalau udah nggak mau terbuka sama orang tua, bahaya deh. semoga anak-anak kita selalu percaya sama orang tuanya, ya
Terimakasih Bunda tipsnya. Memang anak itu pencontoh ulung ya, jadi kalau ingin anak nggak boong ya harusnya kita juga jangan sampai bohong ke anak kita. Dan saya setuju banget ttg jangan mempermalukan anak di depan umum. Ini bisa jadi kenangan buruk yang keinget sampai gede lho bun.
sama-sama mbak, semoga kita bisa selalu melakukan yang terbaik untuk anak kita, ya.